Pelajar Kudus – Lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus menjadi sorotan isu nasional. Pemerintah daerah telah kewalahan menghadapi kasus yang kian meningkat drastis. Tak ambil diam, pemerintah pusat pun turun tangan mengatasi ganasnya virus yang terjadi di Kabupaten Kudus dalam sepekan ini.
Dalam rapat terbatas secara tertutup pada tanggal (31/5) Jokowi meminta Kementrian Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin untuk menindaklanjuti peningkatan kasus dan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat dibeberapa RS di Kudus.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Bupati Kudus, Hartopo menyampaikan, terdapat sebanyak 60 desa dari 132 desa/kelurahan di kabupaten Kudus, yang telah masuk dalam kategori zona merah.
Menyusul ditemukannya banyak kasus penyebaran Covid-19 di puluhan desa tersebut. Dari 60 desa yang terindikasi masuk zona merah, Kecamatan Jekulo menjadi penyumbang jumlah desa terbanyak, yakni terhitung ada 11 desa yang dinyatakan dalam zona merah, disusul Kecamatan Kota dan Jati yang masing-masing ada 9 desa zona merah.
Data dari corona.kuduskab.go.id yang dimuktahirkan pada (8/6) pukul 12.00 WIB menyebutkan, terdapat 9400 kasus positif covid-19 kumulatif di Kabupaten Kudus dengan rincian 441 orang yang sedang dirawat, 1.546 orang menjalani isolasi mandiri, 6.650 orang dinyatakan sembuh, dan 763 orang dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kudus per Jumat (4/6), ada 358 tenaga kesehatan di Kabupaten Kudus yang terkonfirmasi positif dan satu diantaranya meninggal.
Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus
Berdasarkan kunjungan satgas penanganan Covid-19 di Kudus pada (1/6/2021), lonjakan kasus disebabkan oleh dampak wisata religi ziarah dan tradisi kupatan 7 hari pasca lebaran. Hal ini memicu kerumunan sehingga dmeningkatkan potensi penularan virus. Disamping itu, belum adanya penerapan zonasi dan triase pasien Covid-19 dan non Covid-19 pada beberapa rumah sakit di Kudus.
Penyebab tambahan lonjakan kasus ini, saat kunjunganya ke Kudus Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendapati kekeliruan prosedur dalam penanganan pasien. Sejumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang sedang dirawat di rumah sakit justru ditemani keluarganya yang sehat.
Kejadian serupa ia temukan di asrama mahasiswa Akademi Kebidanan (Akbid) Kudus. Melihat hal tersebut, Ganjar secara langsung meminta SOP (Prosedur Standar Operasi) diperketat lagi.
Ganjar menyayangkan kejadian ini, karena sudah seharusnya masyarakat paham bahwa virus Covid-19 dapat menular dengan mudah. Namun kenyataannya, banyak masyarakat yang cenderung abai dalam menjalankan protokol kesehatan.
”Saya minta SOP (prosedur standar operasi) diperketat agar ini tidak menular. Tadi bahaya, maka saya minta dievaluasi langsung hari ini juga. Agar tidak menambah potensi penularan pada yang lain,” tegas Ganjar.
Direktur RSUD Loekmono Hadi Abdul Aziz Achyar, akan menindaklanjuti perintah pengetatan prosedur penanganan Covid-19, termasuk bagi pasien yang diisolasi. “Tentu akan kami evaluasi sesuai arahan Pak Gubernur,” katanya memperjelas.
Longgarnya standar operasional prosedur (SOP) penanganan pasien Covid-19 menjadi penyebab utama lonjakan kasus di kabupaten Kudus meningkat tajam. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto Prabowo meminta masyarakat untuk menyerahkan langsung kepada tenaga medis untuk merawat keluarga mereka yang terkonfirmasi positif, tanpa memandang kondisi dan usia.
Selaras dengan hal tersebut, msn.com menyebutkan dari hasil peninjauan Ketua Satgas Warsito, bahwa di samping protokol kekarantinaan, penerapan protokol kesehatan 3M harus ditegakkan demi memutus rantai penularan Covid-19.
“Kepatuhan masyarakat untuk menerapkan dan mematuhi aturan protokol kesehatan menjadi kunci untuk mengendalikan dan menghentikan kasus Covid-19,” ujarnya.
Covid-19 di Kudus Tak Tertangani Dengan Baik
Juru bicara Satgas penanganan Covid-19 nasional, Prof. Wiku Adisasmito menyebut, jika penanganan Covid-19 di Kabupaten Kudus tak berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan sebelumnya Kudus termasuk dalam kategori zona orange penanganan kasus covid, namun usai lebaran masuk dalam kategori zona merah.
“Perpindahan suatu kabupaten/kota ke arah yang lebih buruk menunjukkan bahwa penanganan di wilayah tersebut butuh segera diperbaiki. Di tengah dampak yang mungkin timbul dari periode libur Idul Fitri dua minggu lalu, kesiagaan pemerintah daerah hingga tingkat kabupaten/kota sangat dibutuhkan, agar daerah tetap dapat menangani potensi kenaikan kasus COVID-19 dengan baik,” jelas Wiku.
Wiku menegaskan, bahwa zonasi resiko bukan sekedar zonasi yang bisa diabaikan dan dianggap enteng oleh masyarakat. Ia memohon kepada seluruh kepala daerah serta masyarakat untuk terus memantau resiko daerah masing-masing secara berkala, serta menyiapkan ketersediaan pelayanan fanyankes mengingat Bed Occupation Rate (BOR) kian meningkat.
Selain itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui lonjakan kasus terjadi karena pemerintah kabupaten kurang mengantisipasi potensi kenaikan kasus setelah liburan panjang. Kenaikan kasus di Kudus juga terjadi karena pemerintah tidak mencermati prediksi sehingga menimbulkan kepanikan. Padahal, pemerintah Jawa Tengah telah melakukan koordinasi secara rutin.
Ganjar telah meminta pemerintah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan angka kasus untuk mengambil langkah konsolidasi. Mereka juga diminta menghindari pemahaman seolah-olah dapat melakukan penanganan sendiri.
“Penanganan Covid-19 tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja melainkan harus melibatkan berbagai komponen,” jelasnya dilansir dari msn.com.
Merespon cepat guna mengurangi lonjakan kasus, pada Sabtu (5/6), Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin memastikan akan menambah tenaga kesehatan, sebanyak 38 dokter setelah berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan 70 perawat serta mengirimkan tambahan vaksin sejumlah 50.000 dosis.
“Khusus Kudus, kami sudah mengirimkan 50.000 vaksin, supaya bisa segera disuntikan untuk mengurangi risiko penularan COVID-19,” ucap Budi.
Mentri Kesehatan juga telah mengurai lonjakan pasien di Kudus dengan cara merujuk pasien Covid-19 ke kota terdekat.
“Untuk Kudus dirujuk ke Semarang, Alhamdulillah, kapasitas rumah sakit di Semarang cukup menerima rujukan dari Kudus,” terang Budi.
Penulis: Himma Wafiyatul
Editor: Khasan Sumarhadi
Leave a Review