Pelajar Kudus – Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) mengadakan Stadium General dengan tema “Menumbuhkan Spirit Santripreneur di Era Society 5.0” yang dilaksanakan secara offline di Auditorium 1 dan 2. kegiatan yang berlangsung pada Sabtu , 21 November 2021 digelar dengan mematuhi protokol kesehatan dan disiarkan secara langsung melalui Zoom Meeting.
Rektor IPMAFA Abdul Ghofarozin M menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini untuk mengubah pemikiran masyarakat bahwa sosok santri tidak hanya dipandang sebagai seseorang yang hanya bisa mengaji, tetapi santri juga mampu berkembang mengikuti perkembangan zaman.
“IPMAFA bukan perguruan tinggi yang didirikan pesantren, IPMAFA juga bukan perguruan tinggi yang berada di tengah-tengah pesantren, tetapi ini adalah perguruan tinggi yang berbasis pesantren. Artinya ruh, spirit, karakter, dan keilmuan dalam pesantren dikembangkan disini oleh karena itu kita memiliki tiga prinsip yaitu Nilai-nilai pesantren, riset, enterpreneur. Enterpreneur ini yang sangat penting karena presentase di negeri ini sangat kurang dan saya rasa kewirausahaan juga yang akan mendorong bangsa ini lebih maju lagi”, tutur Abdul Ghofarrozin dalam sambutannya.
Menurutnya sebagai insan yang tumbuh di pesantren tidak bisa mengandalkan sepenuhnya inisiatif dari negara maupun inisiatif civil society. Dalam hal ini enterpreneur dapat didorong dari manapun termasuk dari kampus.
“IPMAFA memahami enterpreneur tidak hanya untuk mencari duit, tetapi enterpreneur adalah sebuah spirit, perjuangan, dan enterpreneur bisa hadir di manapun di semua prodi. Hari ini Pak Dahlan Iskan bersama kita, beliau adalah seorang enterpreneur sejati, sebagai orang yang teguh tidak kenal menyerah, yang antinya teman teman bisa bertanya bila beliau berkenan,” tambahnya.
Narasumber utama Dahlan Iskan menyampaikan bahwa Indonesia nanti sulit karena terlalu banyak orang pintar yang pergi ke luar negeri. Sementara dia berbeda berprinsip dengan mengatakan bahwa Indonesia masih punya banyak pengganti.
“Biarlah kita memiliki yang disebut network, kekayaan network itu tidak kalah penting dengan kekayaan aset. Karena dunia modern ditentukan oleh network,” kata Mentri BUMN tersebut.
Dalam acara Dahlan Iskan memanggil peserta Stadium General untuk naik ke panggung dan menceritakan pengalaman enterpreneur mereka.
Sesi pertama acara tersebut, narasumber memanggil beberapa peserta untuk menceritakan latar belakang mereka mendirikan usaha dan bertanya apakah tiga tahun kedepan mereka akan tetap menjalankan usaha mereka. Sebagian besar menjawab bahwa mereka akan tetap menjalankan usaha mereka serta mengembangkannya.
”Enterpreneur bukan soal keturunan tetapi kita tidak punya waktu untuk melakukan penelitian berikutnya mengenai siapa yang menulari mereka untuk berdagang, saya percaya bahwa bisnis itu tidak bisa diajarkan. Yang saya percaya adalah pasti ada yang menulari, ada yang mengajak ada yang dilihat. Jangan bergaul dengan orang yang mencela orang yang berusaha karena itu akan menimbulkan antipati bahwa pengusaha itu tidak baik. Teman-teman tadi menjadi bukti bahwa untuk menjadi enteurprenur tidak harus lulus kuliah”, ungkap Dahlan.
Dahlan juga berbincang dengan beberapa peserta untuk menceritakan asal modal untuk memulai usaha.
“Modal itu sumbernya tak terbatas, yang pertama harus dilakukan adalah dipercaya. Dan dipercaya itu ada tingkatannya. Kepercayaan pertama adalah percaya atau tidak bahwa seseorang memiliki kemauan, tingkat kedua anda bisa atau tidak, ketiga yaitu peduli tidak terhadap sekitar, kepercayaan tertinggi dalam hal keuangan, yang biasanya orang banyak jatuh disitu,” tuturnya menanggapi,
Menurut laki-laki yang pernah menjadi CEO surat kabar Jawa Pos ini belajar menjadi pengusaha tidak harus menunggu lulus, tidak harus menunggu modal, tidak harus lancar, kadang-kadang juga tidak lancar seperti pengalaman mereka pernah ditipu. Itulah yang akan membuat teman-teman jadi jaya
“Menjadi pengusaha itu tidak ada buku pelajarannya, tidak ada kursusnya, ada kursus bisnis tetapi tidak bisa setelah kursus langsung bisa bisnis, berbisnis itu seperti naik sepeda, kalau tidak pernah mencoba tidak pernah bisa, jika pernah jatuh tapi tidak mau belajar naik sepeda lagi maka ia tidak akan bisa naik sepeda. Begitupun dalam bisnis saat terjatuh dan tidak mau memulai kembali maka ia tidak akan bisa berbisnis. Banyak mahasiswa disini yang sudah berbisnis berapapun ukurannya itu tidak penting bahwa yang penting itu memulai, bahwa akhirnya seperti apa nanti kita serahkan kepada usaha masing-masing dan Allah SWT,” pungkas Dahlan mengakhiri perbincangan Stadium General.
Reporter : Dzikrina Abdillah (Koresponden LPM Analisa IPMAFA Pati)
Editor : Afsana Maulida
Leave a Review