Pelajar masa kini merupakan bagian dari generasi Z, dimana hampir seluruh kegiatan menggunakan kecanggihan teknologi. Situasi tersebut menyebabkan kebebasan pelajar dalam mengakses situs-situs tidak terkontrol. Lantas, seberapa besar dampak dari kondisi tersebut? Salah satu dampak besarnya dapat terlihat dari bobornya mental pelajar di Indonesia.
Rata-rata pelajar memiliki tipikal yang mudah bosan dan susah diatur, mereka cenderung memiliki mental strawberry. Apasih mental strawberry? Layaknya buah strawberry yang bentuknya menarik dan menggiurkan, namun tekstur buah satu ini mudah benyek jika tidak mendapatkan udara yang cukup. Begitu pula dengan para pelajar saat ini, mereka pandai dalam mencetak prestasi, tapi mudah down ketika tersinggung.
Merembet ke organisasi, kondisi tersebut menjadi penghambat. Lantas bagaimana solusi yang tepat? Menurut Agil Nuruzzaman selaku Ketua Umum PP. IPNU, hal seperti itu perlu diatasi dengan penyesuaian. Pelajar harus mampu menerapkan kaidah Al-Muhafadzotu ‘Alaa Qadiimi As-Shalih wal Akhdzu bi Al-Jadiidi Al-Ashlah, yang berarti kita harus menjaga dan merawat tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik, terus diperhatikan dan dikembangkan.
Apalagi sebentar lagi memasuki tahun-tahun politik, di mana hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pelajar dalam memilih antara tetap menjaga idealisme atau menjual murah organisasi. Yang terpenting, pelajar harus memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya melalui berbagai prospektif pikirannya. Selain itu, pada era peradaban ini, pelajar harus tetap menjaga kedaulatan agama dan negara sesuai dengan syariat. Pelajar harus menjadi ladang investasi ke depan yang berkolaborasi dengan zaman maju tanpa menghilangkan tradisi agama, berjiwa yang kuat dalam menghadapi segala hal, agar dapat bergerak di bidangnya. Selain itu, sebagai pelajar harus memiliki cita-cita yang mempeng, jangan sampai jangan hanya berpatok ilmu agama maupun ilmu duniawi saja, semua harus imbang. Sebagaimana hadits Syubbanul Yaum Rijaalul Ghad, pelajar adalah pemimpin masa depan. Oleh karena itu, pelajar harus memiliki jiwa pemimpin, jangan sampai pelajar tidak mau meneruskan tradisi agama dan negaranya.
Oleh: Izmi & Zidan
Leave a Review