Pelajar Kudus. Perkembangan teknologi merupakan suatu keniscayaan. Namun siapa sangka perkembangan dan pertumbuhannya begitu sangat cepat. Bahkan teknologi membuat dunianya sendiri. Orang menyebutnya dunia maya, bersifat semu, namun ada. Ia memasukkan manusia ke dalamnya, lalu muncullah segala permasalahan baru. Tak ayal teknologi kini merangkak membuat budayanya, hingga manusia sadar atau tidak kehilangan budayanya sendiri.
Begitu kompleks perubahan yang dibawa teknologi terhadap manusia. Sehingga manusia yang koridornya sebagai kreator, kini kehilangan harga dirinya. Betapa tidak? Segala tatanan kini diambil alih teknologi. Sampai-sampai budaya yang seharusnya menjadi tolak ukur derajat manusia, malah dicabut habis-habisan oleh ciptaannya sendiri.
Munculnya kompleksitas permasalahan baru di era digital khususnya dibidang pendidikan menimbulkan culture shock, dalam kehidupan bermasyarakat.
Teknologi seperti halnya pisau bermata dua. Jadi tergantung siapa yang menggunakannya. Sisi baik dan negatifnya teknologi tergantung pada penggunanya, sebagian orang memanfaatkan teknologi yang ada sebagai sumber mencari ilmu dan wawasan. Namun sebagian justru menggunakannya untuk menebar kebencian, hoax dan fitnah. Akar permasalahan ini sebenarnya berpusat pada manusianya sendiri. Dalam perkembangan teknologi dan peradaban tersebut tergantung apakah manusianya mempunyai nilai atau tidak? Apakah ia akan menggunakan teknologi ke arah positif atau negatif?
Sudah seharusnya generasi pelajar sekarang melek akan teknologi\IT. Karena pelajar adalah orang yang dipercaya sudah dibekali dengan nilai-nilai, maka teknologi berada ditangan yang tepat. Teknologi berjalan sesuai fitrahnya. Ia membantu menyelesaikan tugas-tugas manusia, bukan malah menjelma menjadi musuh baru bagi manusia. Bahkan terkesan lebih kejam dan pintar.
Ke depannya pelajar akan memiliki sumber kekuatan, bukan berupa fisik. Namun seberapa besar ia memiliki data (informasi). Semakin ia menguasai data, semakin ia menjadi kapital.
Sejatinya teknologi ini memudahkan pekerjaan dan tugas kita sebagai pelajar. Namun sekarang ini malah anak-anak muda terkesan terjebak dalam asyiknya segala kemudahan. Teknologi menyasar semua kalangan, termasuk anak muda. Persoalannya apakah teknologi ini menjadikan para pelajar lebih produktif atau malah konsumtif? Misalkan, gadget diciptakan untuk memudahkan kita mengakses informasi. Sebaliknya, ternyata banyak dari generasi pelajar milenial sekarang justru terlalu ketergantungan dengan fitur tersebut. Sehingga terkesan melupakan budaya membaca buku dan bertanya, mereka juga sering meremehkan tugas dari para guru, karena mudahnya mengakses jawaban di platfrom digital. Hal tersebut masalah besar bagi generasi pelajar milenial sekarang. Timbulnya budaya konsumtif dan bergantungan, membuat mereka kehilangan moral untuk belajar.
Sudah saatnya citra pelajar sebagai seorang yang terpelajar kembali ditunjukkan. Jangan sampai usia yang masih muda membuat kita terlena, Seorang pelajar harus terpelajar karena belajar, Mulai bangun kembali budaya-budaya luhur yang sekarang mulai hilang. Sembari mengejar lajunya kemajuan teknologi wajib diimbangi dengan mempertahankan nilai-nilai luhur pelajar. Belajar adalah tugas kita bersama sebagai generasi pewaris peradaban. Pelajar hari ini adalah pemimpin masa depan. Tetaplah menjadi pelajar yang bermoral disaat teknologi berkuasa atas kehendak penciptanya.
Penulis : Jabar
Editor : Nuhaya
Leave a Review