Mengenal Kitab Taklimul Mutaallim Lebih Dekat

Kitab

Burhanuddin Al Zarnuji atau yang sering kita dengar dengan nama Imam Al Zarnuji adalah pengarang kitab Ta’limul Muta’allim, beliau memiliki nama lengkap Syeikh Tajuddin Nu’man bin Ibrahim bin al-Khalil al-Zarnuji.[1] Sebagian peneliti menyebutkan bahwa imam Al Zarnuji berasal dari Zaradj yakni daerah yang kini dikenal sebagai Afganistan. Kitab Ta’limul Muta’allim tertulis dengan menggunakan bahasa Arab. Sebab kemahirannya dalam berbahasa Arab, tidak menutup kemungkinan kalau beliau berasal dari keturunan Arab karena tidak diketahui secara pasti mengenai sejarah kehidupannya. Al Zarnuji menimba ilmu di Bukhara dan Samarkan, merupakan ibu kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan. Adapun masjid-masjid yang berada pada dua kota tersebut digunakan sebagai lembaga pendidikan.

Adapun guru-guru beliau adalah[2] Burhanuddin Ali bin Abu Bakar al-Marghinani (pengarang kitab Al-Hidayah), Ruknul Islam bin Abu Bakar (ulama besar ahli fiqih bermadzhab hanafi), Rukhnuddin Al-Firginani (ahli fiqih, sastrawan dan penyair), Syaikh Hammad bin Ibrahim (ahli ilmu kalam), Syaikh Fkhruddin Al-Kasyani (pengarang kitab Bada-i ‘ussana’i). Jika melihat dari guru-guru Al Zarnuji diatas dapat diperkirakan beliau hidup sekitar abad ke 12 dan awal abad ke 13 (591 – 640 H/ 1195 – 1243 M). Menurut Aly As’ad tahun wafatnya Al Zarnuji masih perlu dipastikan karena ada perbedaan catatan yaitu tahun 591 H, 593 H, dan 597 H.[3]  Dalam kurun waktu tersebut dapat diketahui bahwa Al Zarnuji hidup pada masa keempat dari periode pertumbuhan dan perkembangan islam. Periode ini adalah masa keemasan peradaban islam (masa Abbasiyah) pada umumnya dan pendidikan islam pada khususnya.

Imam Al Zarnuji menyatakan bahwa latar belakang beliau menulis kitab Ta’limul Muta’allim adalah berdasarkan pengamatannya terhadap para penuntut ilmu yang terlihat sudah bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu namun mereka tidak mendapat kemanfaatan dari ilmunya tersebut. Menurut Al Zarnuji hal tersebut terjadi karena para penuntut ilmu tidak memenuhi syarat-syarat menuntut ilmu dan cara belajarnya salah. Karena itulah Imam Al Zarnuji menulis kitab Ta’limul Muta’allim.[4] Kitab Ta’limul Muta’allim merupakan kitab karya Al-Zarnuji yang masih ada hingga sekarang dan sangat masyhur dikalangan pondok pesantren. Bahkan hamper semua pesantren di Indonesia menjadikan kitab Ta’limul Muta’allim sebagai bahan kajian utama. Jika dilihat dari pendahuluan kitan Ta’limul Muta’allim dijelaskan bahwa Imam Al Zarnuji menulis kitab ini supayamempermudah para penuntut ilmu untuk mengetahui syarat dan rukun menuntut ilmu, mengetahui cara menuntut ilmu dengan benar, tata cara hormat kepada ahli ilmu dan lain-lain.

Adapun Kitab Ta’limul Muta’allim itu terbagi menjadi 13 fasal, separuh dari kitab itu berisi hal yang bersifat umum, membicarakan hal yang sebagaimana makhluk hidup menjalani kehidupan.

Fasal 1

Pembahasan pada fasal satu ini adalah mengenai keutamaan ilmu dan fiqh. Bab ini mencangkup pembahasan detail tentang keutamaan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengetahuan

Fasal 2

Pentingnya niat ketika akan menuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu harus diniati dengan baik karena segala sesuatu itu tergantung pada niatnya sebab dengan niat yang baik itu dapat menghantarkan kita semua kepada pencapaian keberhasilan. Niat yang benar dalam belajar adalah niat untuk mengharapkan ridho Allah serta niat untuk menghilangkan kebodohan, memperluas dakwah islam, serta mensyukuri nikmat Allah.

Fasal 3

Dalam pembahasan ketiga ini dikemukakan mengenai keharusan untuk selektif dalam memilih ilmu, guru serta teman dalam belajar sebelum melangkah keranah belajar. Para pelajar diharapkan mampu untuk tabah dan sabar dalam proses mencari ilmu dan dalam menghadapi segala tantangan ketika menuntut ilmu. Dalam memilih guru hendaknya pelajar memilih guru yang wira’I jujur dan lebih sepuh. Karena diyakini bahwa doa-doa orang tua itu mujarab karena tirakat yang dilakukannya. Dalam memilih teman hendaknya seorang pelajar memilih teman yang tekun, jujur dan wira’I serta mudah dalam memahami pelajaran. Karena teman sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.

Fasal 4

Penghormatan terhadap guru dan ulama’. Sebagai pencari ilmu kita dituntut untuk menghargai dan menghormati para ahli ilmu dan terhadap ilmu itu sendiri. Supaya mendapatkan barokah dari apa yang telah diajarkan oleh guru tersebut.

Fasal 5

Ketekunan kontinuitas dan minat. Seorang pencari ilmu itu harus disiplin dan bersungguh-sumgguh. Kesungguhannya itu menopang diatas cita-cita yang mulia serta luhur yakni mengharapkan ridho Allah SWT dan juga untuk menghilangkan kebodohan. Hendaknya seorang pelajar mengulang-ulang pelajaran yang telah diberikan serta harus memiliki minat yang kuat, karena dengan tekad yang kuat akan mempermudah pelajar dalam memahami pelajaran.

Fasal 6

Permulaan belajar, kuantitas, dan tertib belajar. Ketika kita akan mulai terjun atau memulai belajar suatu ilmu atau bidang, maka kita harus memperkirannya dengan kemampuan dirinya masing-masing dan melakukan proses belajar dengan tertib sesuai dengan bidang yang ditekuni atau yang dipilih tersebut.

Fasal 7

Tawakkal, Dalam menuntut ilmu seharusnya para pelajar bertawakkal pada Allah, jangan terlalu memikirkan urusan rezeki karena dapat mengotori hati. Karena orang yang disibukkan dengan urusan dunia mereka akan sulit mencapai akhlakyang mulia.

Fasal 8

Pintar memanfaatkan waktu belajar, Seorang pelajar dianjurkan untuk memaksimalkan waktunya dalam belajar. Adapun waktu yang baik dalam menuntut ilmu adalah pada saat remaja, waktu menjelang subuh, serta waktu antara magrib dan isya’. Pelajar juga dianjurkan untuk mempelajari berbagai macam ilmu supaya tidak merasa bosan.[5]

Fasal 9

Kasih sayang dan memberi nasihat, Bagi setiap guru hendaknya menyayangi setiap muridnya tanpa membeda-bedakan mereka. Hendaknya sering menasehati dan tidak hasud kepada mereka karena itu adalah sifat yang berbahaya dan tidak ada gunanya.

Fasal 10

Pandai mengambil pelajaran, dianjurkan bagi setiap pelajar untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya karena waktu yang telah terbuang tidak akan bisa terulang.

Fasal 11

Wara’ ketika belajar, arti dari wara’ sendiri adalah menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah baik dari segi ucapan ataupun perbuatan.

 

Fasal 12

Penyebab kuat hafalan dan penyebab lupa, adapun cara yang dapat dilakukan agar kuat hafalannya adalah dengan bersungguh-sungguh, tekun, ulet, sedikit makan, sholat tahajjud, membaca Al-Qur’an, berdoa serta memperbanyak sholawat kepada Nabi. Adapun hal yang menyebabkan mudah lupa adalah terlalu sibuk dengan urusan dunia dan melakukan maksiat.

Fasal 13

Masalah rezeki dan umur, adapun salah satu faktor terhambatnya rezeki adalah perbuatan dosa. Khususnya adalah dosa dusta karena dusta dapat menyebabkan kefakiran.[6] Adapun hal yang dapat menambah umur adalah berbuat baik kepada orang lain serta situs tidak menyakiti orang lain.

Dari ketiga belas fasal tersebut bahwa dari segi metode belajar yang dimuat Al-Zarnuji dalam kitabnya itu meliputi dua kategori yakni kategori etik yang mencagkup niat belajar, serta kategori teknik strategi yang meliputi cara memiih pelajaran, cara memilih guru, dan yang lainnya. Jika diamati Al-Zarnuji mengutamakan metode yang bersifat etikkarena dalam pembahasannya lebih mengutamakan masalah-masalah yang ebrnuansa pesan moral.

[1] Syeikh Ibrahim bin Ismail, Syarku Ta’lim Muta’allim, (Semarang: CV. Toha Putra, 1993), hal. iii.   (Wakila, 2021)

[2] Aly As’ad, Terjemah Ta’limul Muta’allim “Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan”, (Kudus: Menara Kudus, 2007), iii.

[3] Ibid, iii.

[4] Yasya Fauzan Wakila, Konsep Istiqomah Belajar: Study Kitab Ta’limul Muta’allim Karya Al Zarnuji, Vol 9, Alhikam Journal of Multidiciplinary Islamic Education, 2021, hal. 47.

[5] Aliy As’ad, Terjemah Ta’lim Muta’allim (Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan), (Kudus: Menara Kudus, 2007), hal. 107.

[6] Achmad Busiri, Etika Murid dalam Menuntut Ilmu Perspektif Syekh Az Zarnuji, Akademia Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. No. 1, Juni, 2020. hal. 45

Penulis : Syajarotin Aslin Nuronia (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

Penyunting : Afsana Nur Maulida