Era reformasi tahun 1998 merupakan momentum dimana ‘kran’ demokrasi di Indonesia telah dibuka. Dari situlah muncul sisi negatif dan positif.
Salah satu sisi negatifnya yaitu masuknya paham impor, paham anti ahlussunah, paham radikal dan anti NKRI. Paham-paham tersebut mulai masuk ke desa-desa, dan mulai banyak pengikutnya. Hal ini dipaparkan oleh KH. Yusuf Chudlori dalam kegiatan Ngaji dan Sholawat Untuk Bangsa bertema Pelajar Hebat Cinta NKRI yang berlangsung di GOR Indoor Trisanja, Slawi, Kab.Tegal.
Ia melanjutkan paparannya, Pasca era reformasi, NU mulai terusik oleh wong-wongan Islam yang suka marah-marah serta rajin mencari follower. Sehingga hari ini, banyak ustadz kemarin sore, muallaf yang baru saja tenar di YouTube, berani menyalahkan fatwa kiai NU, bahkan mencaci-maki kiai sepuh NU.
Oleh karena itu, Gus Yusuf sapaan akrab beliau, mengajak seluruh kader NU, khususnya kader IPNU-IPPNU untuk berjuang bil ilmi, demi khirosatul al-diniyyah, menjaga aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, dan menepis segala fitnah dan hoaks yang sedang gencar menyerang NU.
“Ayo kita warisi ilmunya alim ulama NU. Tidak hanya ilmunya, tapi juga akhlaknya. Karena akhlaq fauqo al-ilmi, tanpa akhlak ilmu setinggi apapun tidak ada gunanya, tidak ada manfaat dan barokahnya”. Tegasnya.
Selanjutnya beliau juga menerangkan tentang pentingnya khirosatul al-daulah, menjaga kedaulatan bangsa dan negara, menjaga NKRI, dengan siyasah. Menurutnya Agama dan kekuasaan adalah saudara kembar. Agama menjadi pondasi kehidupan, sedangkan kekuasaan menjadi sarana untuk menjalankan kebijakan negara yang menjamin terlaksananya syari’at agama dengan lancar dan aman
Ia menambahkan bahwa arro’iyyah ala al-dini mulukihi, Rakyat seperti kita sangat bergantung pada seberapa tebal iman pemimpinnya. Rakyat seperti kita sangat bergantung pada akhlak pemimpinnya. Apabila pemimpinnya rajin beribadah, rakyatnya juga akan rajin beribadah.
Apabila pemimpinnya santun dan berakhlaqul karimah, rakyatnya juga santun berakhlaqul karimah. Maka beliau pun mengajak semua kader IPNU-IPPNU yang hadir malam itu, untuk memilih pemimpin yang jelas aqidahnya dan berakhlaqul karimah.
“Kader IPNU-IPPNU harus menjaga kewarasannya dalam pilpres, pilihlah pemimpin yang jelas aqidahnya dan berakhlaqul karimah. Nek milih bojo wae kudu didelok NU opo ora, Apalagi pemimpin, juga harus dilihat NU opo ora” Pungkas pengasuh Ponpes API, Tegalrejo, Magelang yang memberikan Mauidhoh Hasanah kepada ribuan kader NU dari 35 Pimpinan Cabang (PC) IPNU-IPPNU se Jawa Tengah.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah (PW) IPNU-IPPNU Jawa Tengah dalam rangka memperingati Harlah IPNU ke 65 dan IPPNU ke 64, Minggu (16/03). (AS/AMF)
Leave a Review