Jihad Santri Membangun Negeri : Melek Intelektual, Spiritual, Tranformasi Digital

Jihad Santri Membangun Negeri : Melek Intelektual, Spiritual, Tranformasi Digital.[pelajarkudus.com]
Jihad Santri Membangun Negeri : Melek Intelektual, Spiritual, Tranformasi Digital.[pelajarkudus.com]

 

Siklus Generasi dari tahun ke tahun sering mengalami perubahan dan perkembangan pada setiap bidang serta kajiannya, merefleksikan multidisiplin ilmu adalah salah satu cara yang tepat dalam proses belajar dan menyetarakan zaman perkembangannya. Menurut Nurcholish Madjid upaya pembelajaran ini bisa disebut dengan kelas literasi, dari literasi manusia mampu memahami, mengakses, menggunakan sesuatu dengan memperdayakan alat indranya membaca, melihat, menyimak, menulis, berbicara, mendengarkan. (Kemendikbud : 2016) adapun konsep literasi ini dapat diupayakan dan diaktualisasikan oleh manusia yang memiliki kemamuan untuk belajar, dalam islam sosoknya sering disebut dengan isitilah “Santri.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia santri diartikan sebagai seseorang yang sedang mendalami agama islam,  mempunyai kesungguhan dalam beribadah, atau orang yang saleh/shalihah. Adapun Asal muasala perkataan “santri” itu ada dua pendapat dari sudut padang yang berbeda-beda. Pertama, adalah pendapat yang mengatakan bahwa kata santri tersendiri berasal dari kata India shastri, yakni memeiliki makna orang yang paham dan mengetahui akan buku-buku suci agama. Kata shastri sendiri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau pengetahuan. (Sri Haningsih : 2008) Kedua, adalah pendapat yang mengatakan bahwa kata santri  berasal dari bahasa Jawa, yakni berasal dari kata cantrik yang memiliki makna seseorang yang selalu mengikuti seorang guru pergi menetap, tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keilmuan. (Ahmad Muhakamurrohman : 2014)

Santri tidak dibatasi umur dalam memperoleh atau menuntut ilmu, maka dari itu santri memiliki peranan yang khusus dalam garda terdepannya agama islam. Seperti halnya yang dikatakan oleh Yaqut Cholil Qoumas seorang perwakilan Kementrian Agama yang mengusung tema hari santri 2023 dengan “Jihad Santri Jayakan Negeri” dengan memiliki harapan santri dapat berkembang dan kokoh perubahan zaman yang semakin digital. Dalam hal ini santri harus selaras dengan perkembangan yang ada mulai dari kesetaraan berfikir intelektual, sikap dinamis dalam era digital. Adapaun kecerdasan intelektual biasa dilatih dan terlatih karena kemampuan menggunakan pikiran dan logika yang terindikasi dalam kemampuan mengingat, kreativitas yang tinggi, dan kemampuan mengembangkan imajinasi untuk memecahkan masalah dapat diaplikatifkan oleh santri dikehidupan sehari-hari. Seperti halnya dikatakan oleh seorang filsuf Prancis yakni Descartes yang mengatakan bahwa “Cogito Ergo Sum” yang memiliki makna aku berfiki maka aku ada, Meski pengartian ini menimbulkan beberapa sudut padang namun dapat ditarik makna bahwa yang teryakini manusia tercipta untuk berfikir di kehidupan masyrakatnya untuk dapat melakukan sesuatu. Peranan berfikir dengan dimbangi jiwa inteltualitas karena kekuatan inteltualitas seseorang termasuk dalam kekuatasn jiwanya dalam memberikan energi difikiran individu untuk berkembang dan menciptakan makna yang ada didalam pikiran individu itu sendiri. (Saifudin Azwar : 2004) adapun menurut perspektif psikologis kecerdasan Intelektual (IQ) diukur oleh individu yang memiliki Kemampuan memecahkan masalah, dengan dapat menunjukan dan mengevaluasi pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, memperoleh suatu keputusan yang tepat, mampu mengoptimalkan dan menyelesaikan masalah, menunjukan pikiran yang jernih. Inteligensi verbal, yaitu wujud dari penggunaan kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, keingintahuan secara intelektual. Inteligensi praktis, yaitu  dapat memposisikan dan mengetahui situasi serta kondisi, mengetahui cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukan minat terhadap dunia luar. (Azwar S : 2008)

Jika Santri memiliki sikap atau pemikiran Intelektualitas yang tinggi terhadap permasalah dan penyelesaian, Santri bisa melek juga akan perkembangan dunia digital yang diimbangi melek informasi dan literasi. Dikarenakan era revolusi industri 4.0 ini Teknologi menjadi kebutuhan primer manusia di era digital. Manusiapun akan dianggap gagap teknologi, jika tidak mengimbangi era tersebut. Hal ini tidak dapat dihindari ataupun ditolak mengingat sudah menjadi sebuah kebutuhan pokok manusia. Dengan ini peranan santri mengimbangkan salah satu karakteristik anak muda zaman sekarang, adapun karakteristik anak muda zaman sekarang sebgaaimana berikut : 1) Lebih percaya user generated content (UGC) daripada informasi searah, 2) Lebih memilih ponsel disbanding Tv, 3)Wajib memiliki media social, 4) Kurang suka membaca secara konvensional, 5) Cenderung tidak loyal tapi bekerja efektif, 6) cenderung melakukan transaksi secara cashless, 7) Lebih peka terhadap teknologi, 8) Memanfaatkan tekonologi dan Informasi. (Transformasi Digital : 2020) upaya-upaya untuk menyeimbangkan akan keahlian dalam bertekhnologi dapat dilakukan dengan menekuni perkembanhgannya, jika santri tidak bisa menyeimbangkan hal tersebut upaya politik tekhnologi bisa saja dikuasai dan merambah keranah agama.

Dengan adanya perkembangan zaman yang cukup cepat tranformatifnya, santri dalam upayanya bisa menempatkan diri dengan tidak tertinggal dan berfikir visioner di era keberlanjutan. Dengan cakap berfikir intelektual diseimbangan melek literasi dan digitalisasi, serta tidak meninggalkan sikap yang melekat yang ada di jiwa santri yakni sikap spiritual yang memiliki bentuk kesadaran yang selalu terhubung kepada Allah Swt. Menjadi santri masa kini dengan tidak meninggalkan sikap spritualisasi, bahwa Santri mempunyai dedikasi untuk negeri.

 

Penulis : Astuti R