Pelajar Kudus – Pandemi sampai saat ini masih menjadi topik menarik untuk diperbincangkan. Naik turunnya kasus sampai hari ini menjadi penyebab munculnya berbagai kebijakan pemerintah. Hal ini tentu berimbas ke berbagai sektor. Diantaranya yakni; perekonomian, pendidikan, dan sosial.
Berbicara mengenai sektor sosial, ternyata organisasi juga menjadi bagian dari lingkup sosial, organisasi menjadi salah satu sektor sosial yang juga terkena dampak dari kebijakan yang ditetapkan pemerintah.
Pasalnya, jika kita pahami bahwa berjalannya organisasi dilaksanakan dengan mengumpulkan banyak massa disetiap kegiatannya. Akibat dari pandemi ini, organisasi berpotensi besar memiliki banyak kendala. Salah satu bidang yang terkendala pandemi yakni adalah pada bidang yang mengurus dan mempersiapakan roda organisasi melalui generasi penerusnya atau kaderisasi.
Kaderisasi dalam sebuah organisasi merupakan komponen pertama dalam menjalankan roda keorganisasi, kaderisasi inilah yang nantinya akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan dalam sebuah organisasi, seperti kutipan dari Bung Hatta. “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit, untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin dimasanya harus menanam.”
Berangkat dari urgensivitas dan kutipan Bung Hatta tersebut tim pelajarkudus.com berkesempatan mewawancarai Wakil ketua bidang kaderisasi IPNU IPPNU Kudus, Istirokhanah dan Prayoga Noor Rizki serta Ketua PC IPPNU Kudus, Iim Zamshiba mengenai gambaran kaderisasi di Organisasi IPNU IPPNU Kudus saat pandemi.
Melalui perbincangan tim pelajarkudus.com dengan Ketua IPPNU Kudus, dirinya menyatakan bahwa kaderisasi sebagai penguatan ideologi serta doktrinisasi penguatan komitmen pelajar NU. Ia juga menjelaskan, bahwa kegiatan diseluruh bidang organisasi IPNU IPPNU, terutama bidang kaderisasi sangat membutuhkan yang namanya kegiatan tatap muka atau offline.
Menurutnya, kegiatan tatap muka adalah salah satu cara yang selama ini efektif dalam menyampaikan materi-materi tentang organisasi IPNU IPPNU. Bahkan terkadang kegiatan yang digelar melalui proses tatap muka pun masih banyak pesan-pesan yang belum tersampaikan dengan baik.
“Dilaksanakan secara tatap muka saja belum 100% maksimal apalagi dibuat Virtual,” keluhnya.
Maka dari itu, untuk tetap menjaga denyut nadi organisasi, kegiatan pengkaderan di selenggarakan dengan membatasi peserta dalam rangkaian acaranya dan menuntut peserta untuk mematuhi protokol kesehatan.
Mengenai persoalan tersebut, Wakil ketua kaderisasi IPPNU Kudus memaparkan lebih lanjut tentang izin penyelenggaraan dengan sistem pelaksanan pengkaderan ini dijalankan dengan mengembalikan lagi keputusan ke daerah asalnya dengan menyesuiakan regulasi pemerintah setempat.
“Ketika mengadakan acara pengkaderan sebelum PC menyetujui, sebelumnya harus ada ijin dari pemerintah setempat atau regulasi pemerintah setempat, barulah PC akan mengijinkan pelaksanaan pengkaderan” tegasnya.
Untuk membahas lebih dalam mengenai kaderisasi, Wakil Ketua Bidang Kaderisasi, Prayoga Noor Rizqi mengutarakan jika saja kegiatan pengkaderan dilaksanakan secara virtual maka tiga komponen meliputi perubahan pola pikir, mental, dan perilaku/akhlak tidak bisa tersampaikan.
“Dari ketiga tersebut yang tersampaikan secara maksimal mungkin hanya perubahan pola pikir. Kalau kita analogikan, Kaderisasi ibarat sebuah sekolah, bedanya formal dan non-formal” jelasnya.
Maka dari itu, Wakil ketua kaderisasi untuk saat ini membuat konsep baru dalam sistem pengakaderan yang hanya berfokus kepada mengembangkan pola pikir. Hal ini mau tidak mau harus dilaksankan karena tuntutan zaman.
Iim sapaan akrabnya, yang juga ketua IPPNU Kudus mengeluh bahwa pandemi ini membatasi gerak organisasi pelajar dalam berekspresi. Dimana, organisasi saat ini benar-benar serba terbatas dalam berekspresi. Utamanya, bentuk-bentuk ekspresi yang berkegiatanya dilakukan dalam bentuk tatap muka seperti Olahraga Seni Budaya (OSB) dan kaderisasi.
Dampak pandemi di organisasi IPNU IPPNU daerah dialami oleh beberapa tingkatan dalam pengkaderan yakni Pimpinan Cabang, Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan Komisariat dan Pimpinan Ranting. Namun, ada hal yang sedikit berbeda yakni tentang masa jabatan Pimpinan Komisariat yang hanya mengalami satu tahun, yang beda dengan tingkatan lainya di IPNU IPPNU Kudus.
Kabar Pimpinan Komisariat IPNU IPPNU?
Banyak kabar tentang pimpinan komisariat yang mati di Kabupaten Kudus, bahkan di daerah-daerah lain lantaran kegiatan sekolah yang dirumah aja. Matinya pimpinan komisariat, disebabkan belum adanya langkah tepat dan mendasar tentang bagaimana pola kegiatan yang dapat digelar dikeadaan pandemi.
Belum lagi kader-kader dalam pimpinan komisariat yang terkurangi aktivitas sosialnya dikarenakan kegiatan sekolah yang diubah menjadi serba online sebagaimana intruksi kemendikbud untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19.
“Prioritas utama pemerintah adalah untuk mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi Covid-19,” jelas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam taklimat media Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, di Jakarta, Jumat (07/08).
Untuk menjalankan eksistensi pimpinan komisariat melihat waktu yang lebih singkat, pimpinan komisariat diharapkan bisa menyiasati kegiatan ditengah pandemi ini dengan merubah kegiatan yang semula offline/tatap muka diganti dengan mengoptimalkan dunia digital dan aplikasi-aplikasi meeting room.
Melalui perbincangan kami dengan Wakil ketua kaderisasi IPNU Kudus, ia menceritakan bahwa ada salah satu Pimpinan Komisariat yang sudah mentransformasikan kegiatanya melalui ruang digital dengan memanfaatkan aplikasi zoom meeting.
Melihat persoalan yang cukup memperihatinkan menimpa pimpinan komisariat. Tingkatan tertinggi daerah yakni Pimpinan Cabang sudah seharusnya memberi penanganan khusus dan solusi melalui edukasi dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya kerumunan menjadi virtual, mengingat periodesasi nya yang hanya satu tahun.
Edukasi dan solusi ini penting untuk membantu menuntaskan program kerja pimpinan komisariat secara tuntas dengan cara yang tepat dalam setiap pelaksanananya dikegiatan.
Mampukah Peraturan Pimpinan Cabang (PPC) menjawab?
Seiring berjalanya roda organisasi di masa pandemi dengan segala permasalahan yang semakin banyak dampak dari kebijakan yang melarang krumunan. Organisasi diberbagai tingkatan sangat memerlukan langkah tepat dan tanggap dari tingkatan tertinggi untuk memberi solusi lebih tehadap realitas yang ada.
Untuk itu IPNU IPPNU Kudus akan mengeluarkan Peraturan Pimpinan Cabang (PPC) sebagai patokan dalam menjalankan kehidupan organisasi dalam keadaan pandemi. Aturan – aturan ini dibuat oleh PC untuk PAC, PR dan PK.
Melalui PPC ini, pimpinan cabang merespon langsung masalah-masalah yang ada di setiap tingkatan dengan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh semua bidang untuk membantu memberi solusi dimasa pandemi.
Wakil ketua kaderisasi IPPNU, Istirokhanah melalui PPC ini berharap besar. “Kaderisasi sangat berharap terhadap diterbitkanya PPC. Semoga menjadi jalan terbaru untuk kaderisasi ditiap tingkatan di IPNU IPPNU Kudus.”
Sudah saatnya organisasi mampu beradaptasi dengan pandemi Covid-19, dengan merubah pola sistem dalam menjalankan roda organisasi dikeadaan yang seba tidak pasti, mengingat pandemi ini sudah berjalan satu tahun lebih.
Organisasi pelajar khususnya, dituntut mampu memainkan peran tanggap dalam melihat realitas sosial yang ada. Masalah dalam realitas sosial yang ada memaksa kedewasaan organisasi dalam menjalankan perannya di masyarakat, seperti organisasi IPNU IPPNU. Terlebih organisasi yang besar ini menjadi harapan besar kreativitas pelajar-pelajar khususnya di Kabupaten Kudus dalam mengembangkan potensi diri.
Penulis: Aida Saskia Cahyani
Editor: Khasan Sumarhadi
Leave a Review