Dugaan Bala’ (Tasa’um) Peringatan Rebo Wekasan

Masjid Al-Aqsha Menara Kudus [doc. Asna Maulana]
Masjid Al-Aqsha Menara Kudus [doc. Asna Maulana]

Rabu pungkasan atau Rebo Wekasan (menurut orang Jawa) adalah Rabu dirakhir bulan Shofar. Bulan Shofar adalah bulan kedua dalam penanggalan Arab. Sedangkan dalam penanggalan Jawa lebih dikenal dengan bulan Safar.

Masyarakat Jahiliyyah kuno atau masa sebelum Nabi Muhammad Sholallahu’alaihiwasalam menyebarkan agama Islam, bulan Shofar disebut bulan sial atau Tasa’um (anggapan sial). Anggapan tersebut merupakan anggapan yang salah karena Allah Ta’ala menciptakan semua hari itu baik.

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda:

“Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah Ta’ala), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shofar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa.” (HR Imam al-Bukhari dan Muslim).

Hadist tersebut menjelaskan bahwa tidak ada hari atau bulan sial. Tetapi kita disuruh untuk berhati-hati ketika adalah terjadi sesuatu yang buruk kepada kita.

“Apabila ahli nujum itu berkata dan meyakini bahwasanya tidak ada yang dapat memberi pengaruh [baik-buruk] selain Allah, hanya saja Allah menjadikan kebiasaan bahwa terjadi hal tertentu di waktu tertentu sedangkan yang dapat memberi pengaruh hanyalah Allah semata, maka ini menurutku tak mengapa. Celaan yang ada terhadap hal ini seyogyanya dibawakan dalam konteks apabila diyakini bahwa bintang-bintang itu atau makhluk lainnya bisa memberikan pengaruh [baik-buruk].” (Tajuddin as-Subki, Thabaqât as-Syâfi’iyah al-Kubrâ, juz II, halaman 102

Tajuddin as-Subki menjelaskan bahwa semua yang terjadi baik atau buruk adalah atas kuasa Allah Ta’ala. Tidak boleh beranggapan bahwa kejadian baik atau buruk terjadi karena selain Allah Ta’ala seperti mempercayai bahwa bulan Shofar adalah bulan sial.

“Barang siapa bertanya tentang hari sial dan sebagainya untuk diikuti bukan untuk ditinggalkan dan memilih apa yang harus dikerjakan serta mengetahui keburukannya, semua itu merupakan perilaku orang Yahudi dan bukan petunjuk orang Islam yang bertawakal kepada Sang Maha Penciptanya, tidak berdasarkan hitung-hitungan dan terhadap Tuhannya selalu bertawakal. Dan apa yang dikutip tentang hari-hari nestapa dari sahabat Ali kw adalah batil dan dusta serta tidak ada dasarnya sama sekali, maka berhati-hatilah dari semua itu” (Ahkamul Fuqaha’, 2010: 54).

Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur  yang menjelaskan : banyak para Wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah  menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar.

Allah Ta’ala menurunkan bala bukan berarti Allah Ta’ala mempunyai tujuan buruk kepada makhluknya. Melainkan Allah Ta’ala menyuruh kita untuk berpikir atau mendekatkan diri kepadaNya. Selain itu atas kita disuruh agar lebih bijak dan arif dalam menyikapi berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Menurut Ali Mustafa Ya’qub, musibah apapun yang menimpa umat Nabi Muhammad Saw terjadi karena salah satu dari enam perkara, yaitu:

Ujian keimanan

Allah Swt berfirman:

الم . أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ . وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan “Kami beriman”, dan mereka tidak diuji?” Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti akan mengetahui orang-orang yang benar (dengan keimanannya) dan orang-orang yang berdusta. (QS. Al-Ankabut 1-3).

Meningkatkan derajat keimanan

Rasulullah Saw kemudian bersabda:

(إنّ أشدّ النَّاس بَلاءً في الدُّنْيا الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالحُوْنَ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ (رواه الطبراني

Orang yang paling pedih cobaannya di dunia adlaah para Nabi. Kemudian orang-orang shalih, kemudian orang-orang yang derajatnya dekat dengan mereka. (HR Imam al-Hakim dan Imam at-Thabrani)

Bukti cinta Allah kepada hamba-Nya

Musibah yang diturunkan Allah Swt tidak selalu bermakna murka, adakalanya justru sebaliknya, yakni bukti cinta Allah Swt kepada hamba-Nya. Dalam Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal dan al-Thabrani dari Mahmud bin Labid, Rasulullah Saw bersabda “Ketika Allah Swt mencintai suatu kaum, Dia mengujinya (dengan memberinya musibah)”.

Teguran atau Peringatan

Sebab lain diturunkannya suatu musibah adalah sebagai teguran atau peringatan.

Dalam Hadis riwayat al-Hakim, nabi Muhammad Saw bersabda “Ketika Allah Swt menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka disegerakan baginya hukuman (di dunia ini) atas dosanya. Dan apabila Allah Swt menghendaki keburukan pada hamba-Nya, dia tahan hukuman dosanya di dunia, sehingga disiksa-Nya pada hari kiamat”.

Hukum shalat Rabu wekasan

Dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj fi Syar hal-Minhaj, Juz 2, Hal 238, Kanz an-Najah wa as-Surur, Hal 20-46. (Edisi 231) menerangkan bahwa hukum shalat Rabu Wekasan tidak boleh kalau diniati shalat sunnah Rabu Wekasan, karena dalam hadist tidak ditemukan tuntunan tentang sholat sunnah Rabu Wekasan. Tetapi kalau diniati sholat sunnah muthlaq atau shalat hajat dengan memohon terhindar dari bala’, maka diperbolehkan dan mendapat kesunnahan.

Sesudah sholat dianjurkan untuk mengamalkan amalan-amalan atau wiridan Rabu Wekasan dengan ditutup dengan berdoa untuk menolak-balak (malapetaka) pada hari Rabu Wekasan dan meminta perlindungan kepada Allah Ta’ala.

Penulis : Asna Maulana

Editor : Himma Wafiyatul Muflichah