Sejak dikeluarkan Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang, “Pelaksana kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)”. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadim Makarim mengeluarkan kebijakan untuk menutup semua sekolah dan mengganti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan metode belajar daring atau Online. Namun, Kebijakan ini banyak menuai pro dan kontra dikalangan masyarakat.
Menurut IAPP (International association for public participantion), pada mulanya kebijakan ini dirasa tepat di masa awal pandemi. Wali murid dan pegiat Pendidikan menilai bahwa, ini adalah cara terbaik untuk melindungi para siswa dari paparan Covid-19. Namun, kegelisahan mulai timbul selaras dengan diperpanjangnya waktu pembelajaran daring.
Pembelajaran daring sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi guru dan orang tua siswa, karena modal utama dalam pembelajaran daring adalah akses internet dan smartphone. Banyak orang tua yang mengeluh karena bertambahnya pengeluaran sehari-hari, sedangkan dibalik itu pemasukan yang didapat berkurang. Oleh karena itu, tersedianya fasilitas yang mendukung menjadi kebutuhan dasar yang harus dimiliki siswa.
Tak hanya itu, pembelajaran dengan sistem daring juga dirasa cukup memberatkan bagi beberapa siswa yang tinggal di daerah plosok. Minimnya akses internet menjadi kendala utama bagi mereka. Pasalnya tidak semua daerah di Indonesia memiliki jaringan internet yang baik. Mengutip dari bara news;
“Sejumlah siswa-siswi di Desa Tiwu Nampar, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat – NTT, terpaksa belajar online di tengah hutan. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan jaringan internet saat para siswa mengerjakan tugas sekolah”.
Sulitnya akses internet dan kurangnya alat yang memadai untuk menunjang kegiatan daring membuat guru harus memutar otak, tak hanya dituntut untuk inovatif dalam mengajar siswa lewat maya, seorang guru juga diharuskan untuk menjadi perantara antara kebijakan pemerintah dan kebutuhan siswa.
Khawatir Penyalahgunaan Gadget
Selain masalah yang ditimbulkan akibat tidak tersedianya fasilitas yang memadai, para orang tua juga dihadapkan perihal kekhawatiran penyalahgunaan gadget pada anak. Tak dapat dipungkiri banyak dari siswa seringkali beralasan untuk mengerjakan tugas sekolah, namun kenyataannya mereka menggunakannya untuk bermain game dan Mereka juga bebas dalam mengakses media sosial manapun.
Komisioner KPAI bidang pendidikan, Retno Listyarti mengatakan, kajian dilakukan sehubungan banyaknya aduan mengenai penerapan daring kepada KPAI. Hingga saat ini, KPAI sudah menerima 246 pengaduan. Survei yang berlangsung 13-27 April 2020 ini mencakup 1.700 anak sekolah SD-SMA di 20 provinsi.
Retno menjelaskan, alasan siswa tidak senang umumnya dikarenakan bayaknya tugas selama daring, padahal jika dibandingkan dengan belajar di sekolah tugasnya tidak sebanyak ini. Sedangkan, beberapa siswa yang senang belajar dari rumah beralasan bahwa mereka tidak perlu bangun terlalu pagi dan tidak perlu memakai seragam sekolah.
Di lain sisi, beberapa masyarakat mempertanyakan kualitas Pendidikan yang diterima anak dengan sistem daring seperti ini. Dengan segala keterbatasan yang ada, mau tidak mau para siswa harus tetap belajar di rumah. Alasan kesehatan menjadi faktor utama yang menyebabkan mereka harus tetap belajar via daring.
Tak ayal kebanyakan siswa merasa kesulitan untuk menyerap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Oleh karena itu, tampaknya bukan waktu yang tepat jika mempertanyakan kualitas pendidikan yang diterima para siswa. Karena tak bisa dipungkiri, hakikat belajar-mengajar adalah dilihat dari penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru kepada para siswa.
Maka dari itu, pembelajaran daring sebagai solusi yang efektif guna memutuskan mata rantai penyebaran covid-19, menjaga jarak aman juga menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran daring. Kerjasama antar guru, siswa, orang tua, dan pihak sekolah menjadi faktor penentu dalam efektifnya pembelajaran daring. kita harus bisa beradaptasi dengan kondisi yang baru ini. Bagaimana pun situasi nya sekarang, jangan pernah dijadikan sebagai penghancur masa depan.
Penulis : Himma, Aida dan Haris
Editor : Mukhammad Khasan
Leave a Review