Pelajar Kudus – Malaikat adalah makhluk paling taat kepada Allah. Hadirnya perintah puasa merupakan usaha kita untuk memiliki derajat yang hampir sama dengan malaikat.
Ungkap Kiai Shomadi saat mauidhoh khazanah dalam Pengajian Pitulasan yang di selenggarakan Yayasan Makam & Masjid Menara, di gedung YM3SK. Beliau menjelaskan Jika manusia dapat taat dan mengendalikan nafsunya, maka Allah akan memberikan derajat yang tinggi melampaui derajat malaikat.
“Puasa merupakan janji Allah untuk mencapai derajat sebagai orang yang bertaqwa. Derajat taqwa merupakan derajat tertinggi kebahagiaan, keselamatan dunia akhirat yang akan kita capai,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa puasa merupakan salah satu tirakat meninggalkan hawa nafsu dan bisa memunculkan wibawa seseorang. Sehingga orang yang mempunyai wibawa ucapannya dapat diterima oleh orang lain.
Untuk memunculkan wibawa sendiri beliau menjelaskan salah satu jalan yang bisa ditempuh sebagai jalan menuju kemuliaan dan kewibawaan dalam berpuasa, yakni;
“Suatu hari Ibnu Mas’ud diminta oleh Rasulullah untuk membacakan Al Quran, padahal Al Qur’an diturunkan kepada Rasulullah. Hal itu dikarenakan pada saat mendengarkan Alquran kita lebih bisa untuk memaknai alquran, berbeda ketika kita membaca, akan terfokus pada makhorijul huruf dan tajwidnya,” terangnya.
Melalui cerita, Kiai Shomadi menggambarkan saat Ibnu Mas’ud membaca surat An nisa ayat 41, sampai diakhir ayat, rasulullah menangis mendengar ayat yang menjelaskan, bahwa pada hari akhir semua nabi akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah, apakah telah menyampaikan wahyu kepada umat-nya atau belum. Semuanya ditanya dan harus ada saksi yang membenarkan.
“Saksi tersebut adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah dijadikan saksi karena rasulullah diberikan Kitab Al Quran yang berisi kisah-kisah nabi terdahulu sehingga rasulullah dapat menjadi saksi bahwa nabi-nabi sebelumnya sudah melaksanakan tugas menyampaikan wahyu,” paparnya.
Dari kisah tersebut, pria yang merupakan guru Madrasah TBS menegaskan, untuk mencapai kemuliaan dan memiliki wibawa jalan yang ditempuh adalah dengan Al Quran. Kita harus fasih membaca Al Qur’an, kemudian berusaha mengangan-angan makna Al Quran dan berusaha melakukan apa yang menjadi isi Al Qur’an, adalah termasuk orang yang ahlul ilmi wa ahlul quran.
Tak hanya tentang kewibawaan, Guru Madrasah TBS yang mengajar kitab Bulughul Marom ini berpesan, untuk menjadi orang pintar yang diimbangi dengan sikap baik agar memiliki maslahah untuk orang lain.
“Orang yang pintar dan baik biasa disebut dengan orang sholeh/sholehah. Terkadang orang yang pintar namun tidak diimbangi dengan kebaikan maka akan merugikan bahkan membingunkan orang lain,”tegasnya.
Kiai Shomadi juga menceritakan tentang pentingnya menghormati orang lain, sebagai penutup dalam mauidhoh khasanahnya. Hal itu beliau gambarkan dalam kisah Rasulullah yang sering silaturrahim ke ibu Umu Aiman, seorang pengasuh saat kecil Rasulullah.
“Seringnya Rasulullah silaturrahim kepada ibu Umi Aiman merupakan isyarat untuk kita bahwa setelah sukses, ingatlah orang-orang yang berjasa kepada kita. Dengan bersilaturrahim sehingga bertambah berkah dan panjang umur,” pungkasnya.
Reporter : Alfiyan Chasanul Muna
Editor : Khasan Sumarhadi
Leave a Review