Globalisasi di abad modern ini adalah tantangan terbaru bagi Negaranegara berkembang. Berbagai ideologi telah merasup ke jantung Negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara makin terkikis tanpa disadari tidak terkecuali di kalangan pelajar. Globalisasi telah menyediakan perekat kulture dan
konseptual yang mempertahankan kekuasaan politik dan social para elit
neoliberalisme di seluruh penjuru dunia. Negara tidak lagi ditempatkan sebagai
alat untuk memberikan jaminan kesejahteraan ekonomi bagi seluruh rakyat,
tetapi kesejahteraan bagi kaum capital, pemimpin Negara dan kaum globalis itu
sendiri.
Neo Liberal memiliki tujuan untuk menciptakan tatanan demokrasi liberal,
merebut pengaruh politik dan menguasai Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia.
Sebagai strategi supaya tujuan ideologinya dapat tergapai dengan
menggantikan UUD 1945 dan peraturan perundang-undang lainnya. Sebagai
pihak asing untuk senantiasa campur tangan dengan berbagai konflik yang
tercipta dengan mengubah pola pikir rakyat Indonesia.
Selain itu, ada dua tantangan besar yang mengancam terhadap
proses pembangunan bangsa Indonesia. Pertama, adanya upaya gerakan
kelompok-kelompok separatisme yang berusaha memecah belah Indonesia
dengan bentuk gerakan fundamentalisme agama. Bagi mereka, pancasila
sebagai dasar ideologi bangsa Indonesia masih belum final. Kelompok ideologi
radikalisme ini sering menebarkan teror di berbagai daerah yang dapat mengikis
pluralisme di Indonesia. Gerakan penyebaran paham oleh mereka ditujukan
kepada semua lapisan masyarakat tak terkecuali para pelajar. Sehingga para
pelajar yang menjadi aset masa depan bangsa dirusak kecintaannya terhadap
Negara.
Kedua, fundamentalisme liberal yang masuk lewat hegemoni
kebudayaan. Hal ini merambah pada sikap dan bentuk perilaku kaum muda yang
cenderung pragmatis dan hedonis. Model prilaku yang demikian mengakibkan
jati diri kaum muda lemah, bahkan cenderung abai terhadap bangsa. Menjadikan
mereka tidak peduli dengan yang terjadi atas problem bangsanya, dan hanya
sibuk memikirkan dirinya sendiri. Sikap demikian tentu bertentangan dengan
warisan sejarah bangsa Indonesia. pelajar memiliki tanggung jawab besar untuk
mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Model penjajahan di era globalisasi adalah perang asimentris, tidak
lagi perang konvensional yang saling melepaskan peluru satu sama lain.
Menjaga pertahanan negara tidak hanya milik angkatan bersenjata. Keterlibatan
rakyat untuk menjaga kesucian ideologi negara adalah keharusan demi
menyelamatkan negara dari kepungan ideologi global yang mencengkram bagi
Indonesia.
Penulis : SLNN
Editor : Pelajar Kudus
Leave a Review